Setelah sekian lama membuat blog
pribadi, baru pada kesempatan kali ini hati dan pikiran tergerak untuk menulis
mencurahkan gagasan. Berawal dari sebuah kegelisahan setelah mengikuti kegiatan
dialog tokoh Rumah Kepemimpinan PPSDMS Regional 2 Bandung bersama dr. Dani
Ferdian selaku founder Volunteer Doctor, pada malam hari ini setiap hati yang hadir
tak hanya merasa terpanggil tetapi pula tersadarkan untuk melihat sejenak
realita masyarakat yang ada di sekitar diri. Realita yang kemudian mengetuk
mata bahwa di sekitar kita ada dan terjadi kondisi –kondisi yang memprihatinkan
yang memerlukan banyak bantuan untuk diselesaikan. Kondisi –kondisi yang tidak
hanya bisa diselesaikan dengan hanya mengandalkan salah satu pihak (baca:
pemerintah) tetapi perlu berbagai tambahan tenaga dari mereka yang jiwanya
selalu merasa gelisah dan resah melihat sesuatu yang salah. Untuk menyelesaikan
isu –isu sosial yang seringkali luput dari pandangan mata kita yang terbiasa
dalam kenyamanan diri, memenuhi nafsu pribadi. Ya, melalui dialog tokoh pada
malam hari ini, yang menjadi sebuah lecutan awal inspirasi untuk terus membakar
semangat dan keresahan ini.
Sebelum berbicara lebih lanjut
terkait kegelisahan ini, hal pertama dan utama yang perlu dijelaskan adalah
alasan mengapa gagasan ini dapat terpacu dan terlontar ke permukaan. Dialog
tokoh yang menjadi menu pembinaan rutin bulanan Rumah Kepemimpinan PPSDMS di
setiap Regional, pada kesempatan kali ini untuk Regional 2 Bandung sendiri
mengundang dr. Dani Ferdian untuk berbagi pengalaman beliau dalam menginisiasi
sebuah gerakan sosial kemasyarakatan. Sebuah gerakan berlandaskan keprofesian
yang beliau rintis semenjak beliau berada di akhir tingkat dua masa
pendidikannya di Fakultas Kedokteran UNPAD tahun 2009 silam, yang hingga kini
masih berdiri tegak semakin bertambah besar dan kuat. VOLD atau Volunteer
Doctor. Sebuah gerakan sosial kemasyarakatan yang bermula dari kegelisahan
seorang mahasiswa tak ‘berpunya’ yang hanya bermodalkan semangat untuk
memberikan kontribusi sesuai kompetensi yang ia miliki. Lantas dari kegelisahan
itulah, komunitas ini muncul dan terus membentangkan dan menularkan virus –virus
menular dengan tujuan meningkatkan taraf kesehatan bangsa.
Dari dialog yang hanya berdurasi
sekitar 2 jam, dr. Dani berbagi semangat tentang membangun sebuah gerakan
sosial kemasyarakatan yang memberikan dampak besar sekalipun hanya diinisiasi
oleh mahasiswa, kelas masyarakat yang dari segi pengalaman belum matang dan
posisi tidak strategis. Mahasiswa yang hanya bermodal kompetensi dasar yang
itupun terbatas sesuai tingkatan mereka. Namun dengan kegelisahan tersebut,
VOLD dapat berdiri semenjak 2009 yang hingga saat ini terus membentangkan dan
melebarkan sayapnya menjadi komunitas yang lebih besar dan terus memberikan
kontribusinya demi bangsa khususnya yang erat kaitannya dengan kesehatan. Di
sini dr. Dani berbagi bahwa dalam membangun sebuah gerakan adalah perlu adanya
sebuah kegelisahan terkait permasalahan yang ada di sekitar. Permasalahan yang
dapat memberikan alasan mengapa perlu ada orang yang terjun menyelesaikan hal
tersebut. Permasalahan yang tentunya akan lebih baik dan optimal ditangani oleh
mereka yang memiliki kompetensi bersesuaian sehingga lebih tepat sasaran.
Itulah yang melandasi berdirinya VOLD, saat sang pendiri mengalami sebuah
kegelisahan tatkala memandang kondisi kesehatan bangsa. Kondisi memprihatinkan
di mana angka kematian, angka pesakitan, dan kondisi gizi bangsa yang sangat mengkhawatirkan,
telah mengetuk hati seorang Dani Ferdian yang kala itu sedang menapaki masa –masa
akhir tahun kedua perjalanan akademisnya di Fakultas Kedokteran UNPAD. Beliau
menginspirasi bahwa mahasiswa tingkat dua sekalipun bisa memberikan
kontribusinya demi membangun bangunan peradaban melalui batu –batu kecil yang
dapat tangan mereka (baca: mahasiswa) lakukan, di sini dan saat ini juga.
Kembali kepada topik utama
mengapa tulisan ini diangkat, adalah karena kegelisahan VOLD yang kemudian menginduksi
kegelisahan diri untuk pula muncul. Berdasarkan pemaparan yang disampaikan oleh
dr. Dani selama sesi dialog berlangsung, diri ini merasa tertampar dengan
kondisi –kondisi di masyarakat saya pikir senantiasa menjadi bahan bakar VOLD
yang tidak pernah padam untuk terus berkarya memberikan kontribusi nyata. Kondisi
-kondisi yang ditampilkan adalah realitas masyarakat yang nyata dan terjadi di
sekitar kita. Tentang bagaimana kehidupan orang –orang yang terkucilkan mulai
dari janda-janda tua, anak –anak jalanan, pengidap penyakit mematikan, bencana
alam, dan realita lainnya begitu sangat menyentuh dan menampar. Sehingga hati
ini menjadi ikut gelisah dengan kondisi yang terjadi yang mungkin sebelumnya
luput dari perhatian diri. Dalam diri kita memiliki hak orang lain yang
senantiasa harus kita bayarkan, itu pulalah salah satu bagian dari pernyataan
dokter Dani yang menjadi inisiator kegelisahan diri ini semakin menguat.
Melalui tulisan ini, meskipun tak
banyak yang dapat dibagikan dan dituangkan tapi harapan ke depan adalah bahwa
ini dapat menjadi salah satu memoar untuk senantiasa istiqomah dalam memberikan
kontribusi sekecil apapun. Menjadi tulisan yang bukan hanya menginspirasi diri
pribadi saat ini tetapi pula dapat menjadi inspirasi lain bagi mereka yang
melihat dan membacanya sehingga kebermanfaatannya dapat terus berlanjut selama
ada orang –orang yang membacanya. Semoga hal ini tidak berhenti sebatas di
sini. Akan ada aksi –aksi konkret lainnya untuk senantiasa dijaga dan
diteruskan. Karena kita mahasiswa, tak ada batasan apapun yang menghalangi
untuk berkontribusi, karena kontribusi itu tidak memerlukan syarat yang sulit
dan menyulitkan, bermodalkan keinginan yang kuat dan kompetensi sekalipun
sedikit, kita dapat berkontribusi untuk perbaikan. Demi terbentuknya Indonesia
yang lebih baik dan bermartabat serta mengharap kebaikan dari Allah SWT.
Khoiru Arfan /Teknik Kimia ITB 2012